Menjaga Kelestarian Seni Pewayangan di Tengah Tantangan Era Digital

Seiring dengan perkembangan teknologi digital yang pesat, profesi dalang menghadapi tantangan sekaligus mendapatkan peluang baru dalam melestarikan seni pewayangan. Ki Teguh, seorang dalang Malangan, berbagi pengalamannya, perannya saat ini, serta pesan penting bagi generasi muda yang tertarik mendalami seni tradisional ini.

Tantangan Menjalani Profesi Dalang
Ki Teguh mengungkapkan bahwa salah satu tantangan terbesar yang dihadapi adalah sulitnya memperoleh pekerjaan atau pertunjukan. Ketika tidak ada acara atau job, para dalang terpaksa harus menghadapi masa-masa sulit pengangguran. Selain itu, faktor cuaca juga menjadi kendala yang cukup signifikan, terutama saat musim hujan tiba. Pada kondisi cuaca yang kurang mendukung, jumlah penonton bisa berkurang drastis, mengancam keberlangsungan pertunjukan wayang.

Peran Dalang di Era Digital
Meski menghadapi berbagai tantangan, Ki Teguh merasa bersyukur dengan perkembangan teknologi digital saat ini. Ia menjelaskan bahwa di zaman modern ini, pewayangan menjadi lebih mudah diakses dan dikenal masyarakat luas. “Mencari lakon atau cerita wayang sekarang jauh lebih mudah dibandingkan dahulu. Kami sangat berterima kasih karena pewayangan kini bisa dinikmati banyak orang melalui platform digital,” tuturnya dengan antusias.

Pengalaman Berkesan sebagai Dalang
Selain berbagi tantangan, Ki Teguh juga menceritakan pengalaman yang paling berkesan selama mendalami seni pedalangan. Menurutnya, proses belajar menjadi dalang memberikan filosofi kehidupan yang sangat berharga. “Saya dulu kurang tertarik dengan wayang, tapi setelah mempelajarinya lebih dalam, ternyata wayang itu mengajarkan banyak hal tentang kebaikan, keburukan, asmara, dan dinamika kekuasaan dalam kehidupan manusia,” ungkapnya dengan penuh semangat.

Makna Mendalam Seni Pewayangan
Bagi Ki Teguh, wayang merupakan sebuah refleksi filosofis tentang kehidupan manusia. Ia menekankan pentingnya generasi muda memahami makna dan filosofi yang terkandung dalam seni tradisional ini. “Wayang itu ada dua versi utama, yaitu Ramayana yang mengisahkan tentang cinta dan Mahabharata yang menceritakan perebutan kekuasaan. Intinya, wayang mengajarkan filosofi kehidupan manusia yang sangat kaya dan mendalam,” jelasnya.

Pesan untuk Generasi Muda
Ki Teguh berpesan kepada generasi muda yang tertarik mempelajari seni pedalangan. Ia menekankan bahwa memahami filosofi wayang adalah kunci untuk menghargai dan melestarikan warisan budaya yang sarat makna ini. “Pemuda yang ingin belajar wayang harus mengerti filosofinya. Wayang adalah cerminan kehidupan manusia yang sangat berharga untuk dipelajari dan dilestarikan,” tegasnya.

Dengan semangat muda dan pemikiran progresif, Ki Teguh berharap dapat terus menjaga kelestarian seni pewayangan serta menyebarluaskan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya di era digital saat ini. Kerja sama antara dalang senior dan generasi muda diharapkan dapat menjadi kunci dalam upaya mempertahankan warisan budaya yang kaya akan makna kehidupan ini.

 

Narasumber e :
Ki Teguh Pribadi
Tirtomulyo Dau Kab.Malang

Sumber : LILY – X APHP 2 – Sahabat perpus

Langganan Berita, Masukkan Email Anda:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *